Foto: hukumonline |
Di Sekolah Vokasi IPB setiap program studi pada tingkat satu terdapat mata kuliah pendidikan dan kewarganegaraan atau PKN. Seperti yang kita tahu bahwa pelajaran PKN identik dengan nasionalisme dan bela negara. Oleh karena itu, pihak kampus memiliki program kesamaptaan atau bela negara yang mana setiap mahasiswa latihan ala-ala TNI gitu hehehe. Program ini dibimbing langsung oleh TNI AD yang dinaungi oleh Pusdikzi TNI AD Kota Bogor.
Kesamaptaan berlangsung selama tiga hari. Perlengkapan kesamapataan sudah disediakan oleh pihak kampus, sehingga kami tinggal menjalaninya. Perlengkapan yang kami kenakan yaitu ada pakaian dinas berwarna krem kehijauan, ada kaos untuk latihan, ada topi, ada handuk, dan ada sepatu TNI, itu pertama kali aku memakai sepatu TNI yang ternyata sangat keras banget jika dipakai, pantes aja kaos kakinya juga sangat tebal karena ini bisa mencegah terkelupasnya kulit kaki.
Kesamaptaan dimulai jam 7 pagi sampai jam 4 sore. Para mahasiswa harus berangkat dari kosnya sekitar jam 6 pagi. Kami pergi ke Pusdikzi TNI AD menggunakan angkot yang disewa bareng-bareng. Yang saya inget dulu hari pertama pengenalan mentor dari TNI dan latihan PBB (Peraturan Baris Berbaris). Saat isoma (istirahat sholat makan), kami dikenalkan dengan tatacara makan ala TNI, ternyata menjadi TNI harus serba cepat, termasuk saat makan. TNI sangat menghargai makanan, sehingga kami diharuskan menghabiskan makanan tanpa sisa, meskipun menyisakan satu butir nasi. Selain itu, kami juga diberi waktu saat makan, namun tidak secepat yang diberlakukan TNI.
Hari kedua, kami berjalan kaki bersama mengelilingi suatu daerah di Kota Bogor dengan jarak kurang lebih 2km. Setelah selesai, kami dikenali dengan tempat latihan TNI. Disana ada berbagai jenis latihan yang biasa dilakukan oleh calon TNI dan prajurit TNI. Tempat latihan ini menentukan kelulusan Calon TNI. Adapun jenis olahraga yang berada disitu yaitu jaring laba-laba, tembok yang tingginya kurang lebih 2.5 m dan harus dilewati tanpa alat , jembatan dari tiang yang bawahnya terdapat air, terowongan kawat yang harus dilalui melalui tiarap, ayunan gantung yang dibawahnya terdapat genangan air, rintangan jarak antar kayu yang dibawahnya ada seperti parit. Itulah beberapa jenis latihan, sebetulnya masih banyak jenis rintangan lainnya, namun saya udah lupa wkwkkw, itupun saya menyebutnya dengan gambarannya bukan nama rintangannya wkwkwk
Hari ketiga, kami turun ke tempat permukaan yang lebih rendah, setelah itu kami naik ke atas kembali dengan menggunakan tali, ya ibarat panjat tebing saja. Kemudian, kami melakukan repling dari ketinggian 25 meter. Repling adalah turun dari ketianggian dengan menggunakan alat yang sefti. Ketika menaiki menara latihan repling dengan ketinggian 25 meter, rasanya wah banget, benar-benar bisa menantang hormon adrenalin, ketinggian 25 meter jika dilihat dari bawah ke atas nampaknya seperti rendah, namun ketika kita mulai mencoba menaikinya ke atas ternyata terasa sangat tinggi. Kegiatan repling diwajibkan semua orang termasuk mahasiswi. Setelah repling dilakukan akhirnya kami diberikan sertifikat lulus mengikuti program kesamaptaan dan diakhiri dengan foto-foto bersama.
Itulah pengalamanku dalam mengikuti kesampataan saat menjadi mahasiswi Sekolah Vokasi IPB. Namun sayangnya, foto-foto kenangan dulu ntah di mana disimpannya.
Menurutku acaranya seru banget dan senang banget bisa kenal dengan dunia TNI, dan aku suka banget sama kepemimpinan para pembimbing yang sangat mahir public speaking.
Comments
Post a Comment